Home » Stupid Leader, Stupid Job!

Stupid Leader, Stupid Job!

by Abraham Andy
disclaimer : tulisan ini adalah opini, bukan tulisan ilmiah.

Apakah Anda pernah merasa kerja kerasmu sia-sia karena atasanmu tidak punya visi atau kemauan untuk berkembang? Rasanya seperti berjalan di atas treadmill—mungkin Anda terus bergerak, tapi sebenarnya tidak kemana-mana. Judul ini, “Stupid Leader, Stupid Job!”, memang agak tajam, tapi ada alasan kuat di baliknya. Jika pemimpin kita tidak punya keinginan untuk belajar dan beradaptasi, terutama di dunia pendidikan atau pelayanan, pekerjaan yang kita lakukan sering terasa tanpa makna. Bahkan gaji besar tidak bisa menutupi rasa frustrasi ini.

Belajar: Bukan Opsi, tapi Kebutuhan

Memimpin bukan sekadar memberikan instruksi atau mengawasi orang lain. Pemimpin sejati adalah mereka yang terus belajar dan mendorong orang-orang di sekitarnya untuk tumbuh bersama. Peter Senge dalam The Fifth Discipline mengatakan bahwa organisasi yang berkembang adalah hasil dari pemimpin yang mau belajar dan beradaptasi. Tanpa kemauan itu, pemimpin akan menjadi penghalang inovasi dan membuat timnya terjebak di masa lalu.

Kepemimpinan yang tidak belajar bukan sekadar masalah pribadi; dampaknya akan menjalar ke seluruh tim. Pekerjaan kita bisa terasa sia-sia, tidak peduli seberapa keras kita berusaha. Kalau pemimpin tidak peduli untuk berkembang, bagaimana bisa kita merasa dihargai dan berkembang?

Kisah Dua Kepala Sekolah

Mari kita lihat dua kisah kepala sekolah yang dihadapkan dengan tantangan besar selama pandemi. Kepala sekolah pertama sadar bahwa metode pembelajaran harus berubah agar siswa tetap bisa belajar. Dia tidak hanya belajar teknologi baru, tetapi juga bekerja keras membawa seluruh tim ikut dalam perjalanan itu. Dia memahami bahwa guru-guru mungkin merasa takut dan tidak nyaman dengan perubahan. Tapi, lewat komunikasi yang terbuka dan pelatihan yang intensif, dia berhasil membangun pola pikir baru. Pada akhirnya, sekolahnya tidak hanya bertahan, tapi berkembang di tengah masa sulit.

Sebaliknya, ada kepala sekolah yang menolak beradaptasi. Dia bersikeras pada metode lama, berharap semuanya akan kembali normal dengan sendirinya. Dampaknya? Siswa mulai kehilangan motivasi, dan prestasi menurun karena pembelajaran yang tidak relevan. Ini adalah contoh nyata betapa buruknya pemimpin yang tidak mau belajar: dia tidak hanya menghancurkan dirinya sendiri, tetapi juga masa depan orang lain di bawah kepemimpinannya. Inilah esensi dari “Stupid Leader, Stupid Job!” – jika pemimpin tidak mau berkembang, apa yang kita lakukan jadi sekadar rutinitas kosong.

Ketika Pemimpin Mandek, Tim Ikut Terjebak

Pernahkah Anda punya ide cemerlang yang akhirnya tidak digubris oleh atasan? Atau merasa semangatmu tergerus karena kreativitas dibatasi? Pemimpin yang enggan belajar sering kali menjadi penghambat utama inovasi. Mereka takut perubahan, dan akhirnya kita yang harus menanggung akibatnya. Kita bekerja keras, tapi hasilnya tidak pernah maksimal. Lama-kelamaan, energi positif dalam tim terkikis, dan rasa frustrasi menggantikan antusiasme.

Dampak Nyata dalam Pendidikan dan Pelayanan

Dalam konteks pendidikan, pemimpin yang tidak berkembang bisa merusak masa depan siswa. Mereka tidak mendapatkan pendidikan terbaik karena sekolah tetap berjalan dengan sistem yang usang. Di dunia pelayanan, jemaat bisa merasa teralienasi karena pendekatan yang sudah tidak relevan dengan zaman. Dampaknya bukan hanya kehilangan anggota jemaat, tetapi juga hilangnya potensi untuk menciptakan dampak positif yang lebih luas.

Berbagi Pengalaman: Pernahkah Ini Terjadi Padamu?

Mari kita refleksi. Apakah Anda pernah bekerja di bawah pemimpin yang menolak berubah? Apa yang terjadi pada timmu? Bagaimana rasanya ketika ide-ide kreatifmu tidak dihargai? Kadang, perubahan kecil saja bisa membuat perbedaan besar, tapi apa daya kalau pemimpin malah memilih cara lama? Bagikan pengalamanmu—mungkin kita bisa saling belajar dari cerita masing-masing.

Mengapa Pemimpin Harus Terus Belajar?

Belajar bukan tentang gengsi atau takut kehilangan wibawa. Justru sebaliknya—belajar menunjukkan keberanian dan kerendahan hati untuk terus berkembang. Pemimpin yang belajar akan membuka peluang bagi timnya untuk tumbuh dan berkembang bersama. Jika tidak, organisasi akan berjalan di tempat dan kehilangan relevansinya.

Kita semua punya peran untuk mendorong pemimpin agar mau belajar. Jika kita ingin organisasi yang kita cintai bertahan dan maju, pemimpin harus siap beradaptasi dan berinovasi. Belajar bukan opsi, tapi keharusan.

Waktunya Berubah

Jika Anda merasa terjebak dengan pemimpin yang tidak mau belajar, jangan diam saja. Ajak mereka bicara. Tanyakan dengan jujur, “Apa yang bisa kita pelajari bersama untuk membuat lembaga ini lebih baik?” Kalau tidak, pekerjaan kita bisa berubah menjadi sekadar rutinitas tanpa makna. Jangan biarkan pemimpin yang enggan berubah membuatmu merasa pekerjaanmu tidak berarti.

Kita perlu dorong perubahan, mulai dari diri kita sendiri. Pekerjaan yang dilakukan di bawah pemimpin yang terus belajar akan terasa bermakna dan penuh motivasi. Mari kita ciptakan lingkungan kerja yang lebih produktif, penuh inovasi, dan menyenangkan—bukan hanya untuk kita, tapi juga untuk masa depan bersama.

Terus Belajar, Jangan Menyerah!

Pengalaman buruk bekerja dengan pemimpin yang stagnan seharusnya jadi pelajaran berharga. Jadikan itu motivasi untuk kita terus berkembang dan menjadi pemimpin yang lebih baik di masa depan. Karena, seperti kata pepatah, “Pemimpin terbaik adalah pembelajar terbaik.”

You may also like

Leave a Comment

Belajar – Berbuat – Berbagi

@2024 – Designed and Developed by Abraham Andy