Membaca Isyarat yang Tidak Ditulis dengan Kata

Kita hidup di dunia yang penuh teks, tapi juga dipenuhi tanda-tanda visual. Dan sering kali, justru yang bikin kita celaka itu bukan karena kita tidak bisa membaca tulisan, melainkan karena kita abai terhadap tanda—tanda yang tidak selalu berbentuk huruf.

Kita ini bangsa yang secara teknis sudah “melek huruf”. Tapi soal melek tanda? Masih banyak pekerjaan rumah.


Apa Itu Tanda?

Tanda, dalam konteks sehari-hari, adalah sesuatu yang mewakili makna. Ia bisa berupa gambar, warna, bentuk, atau susunan simbol yang menyampaikan pesan tertentu tanpa perlu penjelasan panjang.

Contohnya:

  • Rambu lalu lintas.
  • Piktogram di toilet umum.
  • Stiker peringatan di peralatan listrik.
  • Logo produk.
  • Ikon di layar telepon genggam.

Kalau pakai istilah semiotika (ilmu tentang tanda), tanda adalah sesuatu yang menandai dan sesuatu yang ditandai. Tapi kita tidak perlu masuk ke wilayah filsafat berat. Intinya: tanda itu cara manusia berkomunikasi tanpa banyak kata.

Dan yang penting, tanda-tanda ini bukan muncul secara acak. Mereka adalah hasil dari kesepakatan sosial. Artinya, masyarakat menyepakati bahwa tanda tertentu bermakna tertentu. Lingkaran merah dengan strip putih berarti “dilarang masuk”—bukan karena alam menetapkannya begitu, melainkan karena kita sepakat memaknainya seperti itu.

Tanda publik, dalam konteks ini, lahir dari proses peradaban dan diterima sebagai bagian dari etika bersama, yang lama-kelamaan berkembang menjadi norma sosial hingga norma hukum. Mereka adalah simbol-simbol yang kita bangun sebagai masyarakat modern untuk mengatur ruang bersama secara tertib.

Jadi ketika kamu melanggar rambu lalu lintas, kamu bukan hanya melanggar hukum, tetapi juga mencederai kesepakatan sosial yang menjadi dasar etika hidup bersama.


Apa Bedanya Melek Huruf dan Melek Tanda?

Melek huruf (atau literasi dasar) berfokus pada kemampuan membaca dan menulis teks. Misalnya, seseorang bisa membaca koran, menulis esai, atau mengisi formulir administrasi.

Sedangkan melek tanda (literasi visual) menyangkut kemampuan untuk membaca, memahami, dan merespons tanda-tanda visual di lingkungan sekitar. Contohnya, memahami arti tanda “dilarang merokok”, mengenali simbol bahaya listrik, atau mengetahui fungsi dari ikon tombol darurat.

Jadi, seseorang bisa saja lancar membaca buku, tapi belum tentu bisa menangkap pesan dari simbol visual yang muncul dalam kehidupan sehari-hari.

Melek tanda mencakup kemampuan untuk:

  • Mengenali bentuk dan makna tanda visual.
  • Memahami konteks penggunaannya.
  • Mengetahui kapan harus merespons atau bertindak sesuai dengan pesan tanda tersebut.

Kenapa Ini Penting?

Karena hidup kita penuh simbol. Dan banyak dari simbol ini digunakan dalam situasi genting atau kritis—jalan raya, stasiun, rumah sakit, aplikasi digital, alat berat, dan sebagainya.

Kalau kamu:

  • Abaikan tanda larangan masuk → bisa bertabrakan di tikungan.
  • Tidak memahami simbol arus listrik → bisa kesetrum.
  • Salah paham ikon pengaturan privasi → datamu bisa bocor.

Literasi tanda bukan cuma soal kesantunan visual. Ini menyangkut keselamatan, efisiensi, bahkan soal hidup dan mati.


Masalahnya di Mana?

Kenapa banyak dari kita tidak peka terhadap tanda?

  1. Kebiasaan melihat tanpa membaca
    Kita terbiasa “melihat” tapi tidak benar-benar “membaca”. Tanda jadi seperti hiasan dinding.
  2. Desain tanda yang buruk
    Kadang tanda dibuat sembarangan, tidak sesuai standar, atau malah membingungkan.
  3. Ketiadaan edukasi sejak dini
    Anak-anak diajari membaca huruf, tetapi jarang diajari membaca ikon, warna, dan bentuk dalam konteks sosial.
  4. Kurangnya akuntabilitas
    Melanggar tanda tidak menimbulkan konsekuensi sosial yang jelas. Dianggap lumrah.

Visual Sign: Gambar, Tulisan, dan Makna Konteksual

Tanda visual itu luas. Ada yang berupa gambar (ikon), ada yang berupa teks (tulisan singkat), dan sering kali dua-duanya digabung. Misalnya:

Simbol di atas artinya “Dilarang melintas”.

Teks peringatan seperti “CAUTION – High Voltage” biasanya ditampilkan dengan warna kuning mencolok agar mudah dilihat.

Tanda arah panah satu arah juga sangat tergantung pada bentuk dan penempatannya.

Masalah muncul saat:

  • Tanda tidak konsisten. Satu tempat pakai desain A, tempat lain desain B.
  • Penempatan tanda membingungkan atau tidak terlihat.
  • Konteks lokal tidak diperhatikan. Simbol global dipasang di daerah yang belum familiar tanpa penjelasan.

Contoh Sehari-hari

Beberapa contoh situasi umum:

Di jalan satu arah, terdapat tanda berbentuk lingkaran merah dengan strip putih. Banyak pengendara tetap melanggar karena tanda itu dianggap tidak penting, hanya hiasan semata.

Pada alat listrik, sering terdapat stiker bertuliskan peringatan seperti “Jangan disiram air” atau “Bahaya listrik”. Banyak orang mengabaikannya, bahkan tidak membacanya sama sekali, padahal bisa fatal.

Di gedung-gedung, ikon pintu keluar darurat ada di mana-mana. Tapi kita sering mengabaikannya sampai saat situasi darurat benar-benar terjadi dan kita baru sadar tidak tahu ke mana harus pergi.

Di toilet umum, ikon pria dan wanita sering kali terlalu abstrak atau terlalu bergaya, sehingga membingungkan terutama bagi anak-anak atau orang dari budaya lain.


Jadi, Apa yang Bisa Dilakukan?

Kita bisa mulai dari hal sederhana:

  1. Lihat, lalu baca tanda itu sebagai pesan. Jangan cuma anggap dekorasi.
  2. Ajarkan anak-anak membaca ikon, bukan hanya huruf.
  3. Kritisi tanda yang tidak jelas. Kalau rambu membingungkan, sampaikan ke pengelola.
  4. Gunakan tanda dengan desain yang ramah konteks. Tidak semua orang familier dengan simbol global.
  5. Bangun kebiasaan patuh bukan karena diawasi, tapi karena memahami.

Melek tanda bukan keterampilan pinggiran. Ia adalah bagian dari literasi modern. Dunia bergerak cepat, dan tidak semua hal bisa dijelaskan lewat kata. Kita perlu belajar membaca isyarat, mengenali pesan visual, dan bertindak sesuai makna, bukan sekadar bentuk.

Karena kalau tidak, kita akan terus jadi korban dari kesalahpahaman yang sebenarnya bisa dihindari—asal kita mau baca, bukan cuma lihat.

Leave a Comment